Rabu, 08 April 2015

Sekilas Tentang Bonsai

Sekilas Tentang Bonsai


Perjalanan perilaku kehidupan manusia sangat dinamis sejalan dengan norma etika yang terus berkembang dan selalu bermetamorfosis dengan alam lingkunganya. norma etika lahir dari suatu keyakinan yang bersifat sakral akan kebenaran dan kesempurnaan, menjadikanya sebagai sebuah keprcayaan akan estetika agama. norma etika sinonim dengan budaya, perkembangan dinamika budaya sejalan dengan apa yang diyakini secara religius.
jauh sudah perjal;anan seni bonsai ini, bermula dari lahirnya suatu tradisi yang bersifat sacral dari kepercayaan dan norma etika didaratan india, supaya hidup ini berumur panjang, dianjurkan untuk menanam suatu jenis pohon yang namanya "tulsi" dan ditanam di wadah seperti pot, manfaatnya adalah daun pohon itu dapat digunakan sebagai pengobatan herbal. Pucuk mudanya dipetik hanya menggunakan jari,  lalu direbus dan air hasil rebusan yang diminum untuk menjaga kesehatan tubuh sehingga dapat berumur panjang. hasil dari pemangkasan dengan tangan yang dilakukan secara spontan ini, menjadikan pohon itu tampak kerdil alami, mereka mengatakan dengan bahasa sansekerta " vaman tanu vrjksdj vjdya" dan lambat laun tradisi ini berkembang menjadi seni bonsai.
keprcayaan dan norma etika dari daratan India berkembang kearah timur benua asia, juga bersamaan dengan budaya dan tradisi sacralnya. dan perkembangan tradisi sakral ini mulai berubah secara bertahap oleh karena beradaptasi dengan perbedaan lingkungan sekitar dan tradisi setempat.
sekarang tradisi sacral ini telah berubah wuju, seni botani ini telah berkembang dengan baik disetiap negara ditimur jauh, terutama didaratan China yang mereka sebut sebagai Pencai dan Jepang yang mempopulerkan seni botani ini ke manca negara dengan nama bonsai.
Perkembangan sei bonsai pada dasarnya sama, akan tetapi penampilanya mempunyai ciri khas berbeda, sesuai dengan dinamika estetika yang berkembag di negaranya masing-masing. Kesimpulanya, seni adalah salah satu dari produk budaya dan budaya itu lahir oleh karena suatu kebudayaan.

Oleh Rudy Najoan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar